The Civil War Is Always With Us

At the beginning of Ken Burns’ remarkable Civil War documentary series, author Shelby Foote says, “Any understanding of this nation has to be based — and I mean really based — on an understanding of…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Kenapa Banyak Orang Gampang Termakan Hoaks?

Akhir-akhir ini berita hoaks semakin bertebaran, terutama lewat media sosial. Orang jadi gampang percaya sama berita yang bahkan hanya sekali dilihat dan dibacanya. Dan tanpa mengonfirmasi kebenaran berita itu, kebanyakan langsung menyebarkannya ke orang lain, termasuk di grup WhatsApp keluarga. Siapa yang sering banget dapet berita hoaks dari grup WhatsApp keluarga? Coba angkat tangan! Hehehe…

Kenapa banyak orang gampang termakan hoaks?
Source: Pixabay.com

Disampaikan oleh dr. Ryu Hasan, kehidupan manusia 98% lebih dikendalikan oleh otak emosi daripada otak rasional. Perkembangan evolusi otak kita bukan mempertimbangkan mana yang benar mana yang salah, tapi mana yang bisa memberikan peluang untuk bertahan hidup.

Zaman nenek moyang kita dulu juga begitu. Mereka percaya dengan ahli nujum, untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Seiring waktu, otak rasional mulai berkembang. Jadi, sebenarnya rasionalitas itu bisa dilatih, karena manusia punya bakat untuk menjadi rasional.

Kalau pengin dengerin versi lengkapnya ada di bawah ini,

Kebanyakan orang kurang skeptis dan cenderung menerima berita gitu aja tanpa double-checking. Malah kadang cuman baca judul beritanya aja. Padahal, judul berita itu sering banget dibikin yang bombastis (clickbait) supaya ada traffic ke media online itu.

Istilahnya false connection, yaitu ketika headlines, visuals, atau captions nggak mendukung konten. Alias nggak selaras dengan konten atau isi berita.

Kita tuh kadang suka kurang kritis sama informasi that supports our existing beliefs. Milih berita yang sejalan sama pemikiran kita aja gitu. Dan emang sebenarnya manusia itu cenderung percaya sama apa yang pengin dipercayainya.

Kalau di critical thinking itu namanya confirmation bias. Jadi, kita punya tendensi buat nggak menghiraukan informasi yang bersifat kontradiktif sama apa yang kita yakini. Dengan kata lain, kita terlalu fokus sama informasi yang mendukung opini kita.

Photo by energepic.com from Pexels

Terlalu banyak informasi yang beredar, yang bikin otak kita capek. Akhirnya yaudah gampang terpengaruh aja gitu.

Nggak cuman di Indonesia, di luar negeri pun banyak hoaks bertebaran. Ada satu organisasi non-profit, namanya First Draft, mengklasifikasikan setidaknya ada 7 mis- dan disinformasi yang marak beredar di masyarakat. Apa aja? Satire atau parody, misleading content, imposter content, fabricated content, false connection, false context, dan manipulated content.

Masih berhubungan sama jenis-jenis hoaks di atas, banyak orang yang masih belum bisa membedakan satire atau parody sama berita yang benar. Contohnya kemarin kan rame banget gegara ada satu orang yang bikin video kalau dia terkena Tiktok syndrome. Terus, badan dan tangannya suka tiba-tiba gerak sendiri karena sering tiktokan.

Orang-orang udah pada heboh aja nyebarin di media sosialnya masing-masing. Padahal itu satire 😓😆

1. Kalau dapet video atau berita, coba nanya dulu ke diri sendiri “ini bener ga nih?”

2. Jangan terima berita mentah-mentah. Cari sumber yang kredibel. Double-checking ke beberapa media online. Terus, coba cari di website resmi yang berkaitan sama berita itu.

Contoh: Ada foto headline yang isinya pernyataan menteri agama yang memperbolehkan tarawih dan beribadah di masjid. Lah, padahal kita tau kemarin itu MUI udah bilang kalau ibadah di rumah aja. Bertanya-tanya dong pastinya diri ini.

Nah, karena ini berkaitan sama keagamaan, coba cek di website Kemenag. “Emang bener ya ada pernyataan gitu?” Karena di website pasti ada laman khusus berita, termasuk konfirmasi berita itu hoaks atau nggak.

3. Jangan baca judul aja. Tapi, keseluruhan isi berita.

4. Terus kalau ada yang nampilin foto, coba deh cari di google itu foto asli nggak, tahun kapan itu foto ada, dan lain-lain.

Kejadian nih kemarin. Beredar foto seolah-olah di Cina orang-orang pada sholat jamaah ramai banget pas covid19 lagi gawat-gawatnya. Akhirnya foto itu dijadikan pembenaran oleh sebagian orang untuk mengabaikan physical distancing. “Halah, di sana aja berbondong-bondong shalat berjamaah, malah di negeri sendiri dilarang. PKI! 😦

5. Coba lihat atau cari-cari informasi di website MAFINDO . Atau kalau di instagram tuh di @turnbackhoaxid atau @tempo.cekfakta.

Menurut gue, kita semua berperan untuk menangkal berita-berita hoaks ini. Jangan lupa saring sebelum sharing, ya!

Add a comment

Related posts:

Introduction to antic and ecology

Antic is an open-source blockchain platform. It is a Turing complete, Java language platform that most supports smart contracts. It has probably the largest developer community. Antic ecology is an…

An Unnamed Connection !

All our life cerebral activities keep on forcing us to name every relation we encounter through our journey of life. Questions like who he or she is, what they belong to me, why don’t I get a clear…

The Most Dreaded Message I Ever Heard from the Dead

True story about a medium's reading, afterlife contact, mediumship, shocking message heard from a dead teenager,